Komunikasi dan Hubungan Interpersonal (Pengembangan Hubungan) Disampaikan dan Didiskusikan di Kelas pada Mata Kuliah
Komunikasi Interpersonal
Oleh:
Mar’i Mahdy Ahmad
NIM : 201131110012
Dosen Pengampuh:
Moh. Syahri Sauma, S.Sos.I., M.Kom.I
Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam
Jurusan Dakwah
Sekolah Tinggi
Agama Islam Luqman al-Hakim
Surabaya
2013
Bab
I
Pengantar
Barang
kali tidak ada yang kalah penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan
sesama manusia.
Begitu pentingnya kontak ini sehinggaga bila kita tidak berhubungan dengan
orang lain dalam
waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri
muncul , dan orang merasa sulit untuk menjalani komunikasi dalam sehari-harinya.
Desmond Morris, dalam Intimate Behavior (1972), mencatat bahwa kontak dengan orang
lain begitu pentingnya sehingga kultur kita telah membentuk
segala macam
subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan
ini. Orang sering kali mengunjungai para
professional
seperti dokter, perawat, dan tukang
pijat,
bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Pada makalah ini, kita akan membahas tentang pengembangan
hubungan antarpribadi. Diantaranya,
alasan-alasan untuk pengembangan hubungan, tahap pengembangan hubungan
komunikasi, dan faktor-faktor yang dapat menggembangkan hubungan komunikasi.
Yang tentunya harapan dan tujuan setelah membahas makalah ini, kita dapat
berkomunikai dengan baik. Baik menyampaikan pesan maupun menerima pesan,
mengerti bahwa menjaga dan memupuk hubungan itu penting untuk berjalannya suatu
hubungan yang baik dan harmonis. Kesemua itu hanyalah bertujuan agar dapat
membantu kita mengembangkan komunikasi.
Bab
II
Pembahasan
A.
Pengertian
Pengembangan hubungan bisa bermakna mengembangkan,
memupuk, dan menjaga suatu hubungan atau kontak dengan sesama manusia.
Pengembangan hubungan ialah suatu ilmu
yang dipelajari untuk menjaga komunikasi
yang baik, sehingga suatu hubungan dapat terjalin secara harmonis dan baik.
Setiap
hubungan bersifat unik. Begitu
juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alas an-alasan yang unik. Meskipun demikian, dalam semua keragamaan
ini, ada beberapa prinsip umum yang berlaku. Pertama,
kita membahas beberapa alasan umum untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, tahap pengembangan hubungan komunikasi.
Ketiga, kita membahas faktor-faktor yang dapat mengembangkan suatu hubungan.
B.
Alasan-alasan untuk Pengembangan Hubungan
Empat
alasan umum untuk pengembangan hubungan diantaranya ialah[1]:
1)
Mengurangi kesepian
2)
Mendapatkan rangsangan
3)
Mendapatkan pengetahuan-diri
4)
Memaksimalkan kesenangan dan minimalkan penderitaan.
Mengurangi kesepian. Kontak
dengan sesama manusia dapat mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami
kesepian karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu
berarti kesepian. Kali lain kita kesepian karena, meskipun mungkin kita sedang
bersama dengan orang lain, kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak
yang dekat- kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih
sering lagi kedua-duanya (Peplau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver,
1982)
Sementara orang, dalam upaya mengurangi kesepian,
berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu,
tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan dekat
biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini, dan itulah
sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi.
Mendapatkan rangsangan (stimulasi).
Manusia membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita
mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antarmanusia merupakan salah satu
cara yang terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan
daari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan
stimulasi. Kita adalah makhluk intelektual, dan karenanya kita membutuhkan
stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan
berdebat tentang interprestasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan
cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analisis dan interpretasi kita.
Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan ini.
Kita juga makhluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik.
Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya kita adalah
makhluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan
menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi.
Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan
intelektual kita.
Mendapatkan Pengatahuan-Diri (Self-Knowledge). Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusialah
kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran-diri
telah dijelaskan bahwa kita melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang
lain. Jika kawan- kawan kita melihat kita sebagai orang yang hangat dan
pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang diri sendiri sebagai
hangat dan pemurah. Persepsi-diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita
yakini dipikirkan orang tentang diri kita.
Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan. Alasan paling umum untuk membina hubungan, dan alasan
yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan
dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan untuk meminimalkan
penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa kepada orang lain mengenai nasib baik
kita serta mengenai penderitaan emosi atau fisik kita. Barangkali kebutuhan
yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati
ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut menikmati kegembiraan
anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati ibu, karenanya anda
mencari orang lain, umumnya kawan-kaawan yang akan memberikan dukungan yang
sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.
C.
Tahap Pengembangan Hubungan Komunikasi
Menurut
Mark Knapp mengemukakan
pendapatnya tentang tahapan perkembangan sebuah hubungan interpersonal[2]:
1. Inisiasi
2. Eksperimen
3. Intensifikasi
4. Integrasi
5. Ikatan
Inisiasi merupakan tahap
paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini individu
memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti
senyuman, jabat tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
Eksperimen suatu tahap dimana para individu mulai
mencari informasi lebih banyak tentang
individu lain. Contoh : ketika kita
menyukai seseorang kita berusaha untuk mencari tahu
segala sesuatu yang ada pada dirinya baik itu hobinya,
kebiasaannya dll.
Intensifikasi pada tahap ini, individu harus memutuskan baik
secara verbal maupun nonverbal apakah
hubungan akan berjalan atau tidak. Partisipan
saling bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa
tidak. Kendatipun intensifikasi ini pada umumnya sulit diamati, namun yang
menentukan apakah jalinann komunikasi diteruskan apa tidak adalah keyakinan
akan manfaat dari jalinann komunikasi yang terbentuk atau setidaknya aktifitas
komunikasi yang berlangsung. Semakin diyakini manfaat yang diperoleh maka akan
semakin berlanjut jalinan hubungan atau komunikasi yang berlangsung. Contoh : saat kita disapa oleh seseorang, kemudian kita berfikir apakah kita
mau membalasnya atau tidak.
Integrasi tahap yang menumbuhkan perasaan bersama. Individu merasa
sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda. Contoh : hubungan persahabatan yang erat.
Ikatan suatu tahap dimana individu secara formal meneguhkan hubungan
mereka. Contoh : Pernikahan.
D.
Faktor-faktor
yang dapat Mengembangkan Hubungan Komunikasi
Ada
tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan hubungan komunikasi yang didasarkan pada
sikap saling percaya diantaranya
ialah[3]:
1.
Menerima
2.
Empati
3.
Kejujuran
Menerima,
adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha
mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia,
sebagai individu yang patut dihargai. Sikap menerima tidaklah semudah yang
dikatakan. Kita selalu cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya,
hubungan interpersonal kita tidak berlangsung seperti yang kita harapkan. Bila
kita tidak bersikap menerima, kita akan mengkritik, mengecam, atau menilai.
Sikap seperti ini akan menghancurkan percaya. Orang enggan pula menerima kita,
karena takut pada akibat-akibat jelek yang akan timbul dari reaksi kita. Sikap
menerima menggerakkan sikap percaya, karena orang tahu kita tidak akan
merugikan mereka.
Menerima tidaklah berarti menyetujui semua
perileku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima
berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita
senangi. Betapapun jeleknya perilakunya menurut persepsi kita, kita tetap
berkomunikasi dengan dia sebagai persona, bukan sebagai objek.
Empati,
adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati
telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita ( Freud, 1921 ). Empati dianggap
sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menganggap
orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi ( Scotland, et al.,
1978:12 ). Empati dianggap sebagai "imaginative intellectual and emotional
participation in another person's experience" ( Benett, 1979 ).
Defenisi terakhir dikontraskan dengan
pengertian simpati. Dalam simpati kita menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Bila saya melihat
anda menangis karena kehilangan kekasih anda, saya mencoba membayangkan
perasaan saya bila saya juga kehilangan kekasih. Saya beranggapan anda pun
mempunyai perasaan seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan
diri kita pada posisi orang lain. Kita ikut serta secara emosional dan
intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri
kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat
seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.
Kejujuran,
adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Menerima dan empati
mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat
ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin dan tidak bersahabat. Empati dapat
ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, kita harus jujur
mengungkapkan diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu
banyak melakukan "penopengan" atau "pengelolaan kesan".
Kita tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering
menyembunyikan pikiran dan pendapatnya. Kita menaruh kepercayaan kepada orang
yang terbuka, atau tidak mempunyai pretensi yang dibuat-buat. Kita berhati-hati
pada orang yang terlalu "halus" sehingga sering menyembunyikan isi
hatinya atau membungkus pendapat dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan
nonverbal. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga ( predictable ).
Ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
Bab
III
Kesimpulan
Dalam mata
kuliah komunikasi interpersonal terdapat sub bahasan komunikasi dan hubungan
interpersonal, dan pada makalah ini kita telah fokus membahas pengembangan
hubungan. Diantaranya tadi kita telah membahas tentang alasan-alasan untuk pengembangan hubungan, tahap
pengembangan hubungan komunikasi, dan faktor-faktor yang dapat menggembangkan
hubungan komunikasi.
Alasan-alasan
untuk pengembangan hubungan yaitu ada empat alasan umum untuk pengembangan
hubungan diantaranya ialah; mengurangi kesepian, mendapatkan rangsangan, mendapatkan
pengetahuan-diri, memaksimalkan kesenangan dan minimalkan penderitaan.
Tahap
pengembangan hubungan komunikasi interpersonal (menurut
Mark Knapp) ada lima diantaranya: inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi, dan ikatan.
Faktor-faktor yang dapat menggembangkan hubungan komunikasi ada
tiga faktor utama diantaranya
ialah: menerima, empati, dan kejujuran.
Daftar
Pustaka
Komunikasi Antar Manusia, joseph a. Devito, profesional
books, 1997, edisi kelima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar