Rabu, 23 November 2016

Makalah Komunikasi Interpersonal

Komunikasi dan Hubungan Interpersonal (Pengembangan Hubungan) Disampaikan dan Didiskusikan di Kelas pada Mata Kuliah
Komunikasi Interpersonal





Oleh:
Mar’i Mahdy Ahmad
NIM : 201131110012
Dosen Pengampuh:
Moh. Syahri Sauma, S.Sos.I., M.Kom.I

Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam
Jurusan Dakwah
Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim
 Surabaya
2013


Bab I
Pengantar
Barang kali tidak ada yang kalah penting bagi kita selain kontak atau hubungan dengan sesama manusia. Begitu pentingnya kontak ini sehinggaga bila kita tidak berhubungan dengan orang lain dalam waktu yang lama, rasa tertekan akan timbul, rasa ragu terhadap diri sendiri muncul , dan orang merasa sulit untuk menjalani komunikasi dalam sehari-harinya. Desmond Morris, dalam Intimate Behavior  (1972), mencatat bahwa kontak dengan orang lain begitu pentingnya sehingga kultur  kita telah membentuk segala macam subtitusi untuk menggantikan ketiadaan hubungan ini. Orang sering kali mengunjungai para professional seperti dokter, perawat, dan tukang pijat, bukan karena sakit fisik, melainkan karena kebutuhan untuk kontak.
Pada makalah ini, kita akan membahas tentang pengembangan hubungan antarpribadi. Diantaranya, alasan-alasan untuk pengembangan hubungan, tahap pengembangan hubungan komunikasi, dan faktor-faktor yang dapat menggembangkan hubungan komunikasi. Yang tentunya harapan dan tujuan setelah membahas makalah ini, kita dapat berkomunikai dengan baik. Baik menyampaikan pesan maupun menerima pesan, mengerti bahwa menjaga dan memupuk hubungan itu penting untuk berjalannya suatu hubungan yang baik dan harmonis. Kesemua itu hanyalah bertujuan agar dapat membantu kita mengembangkan komunikasi.









Bab II
Pembahasan
A.   Pengertian
Pengembangan hubungan bisa bermakna mengembangkan, memupuk, dan menjaga suatu hubungan atau kontak dengan sesama manusia. Pengembangan hubungan  ialah suatu ilmu yang dipelajari  untuk menjaga komunikasi yang baik, sehingga suatu hubungan dapat terjalin secara harmonis dan baik.
Setiap hubungan bersifat unik. Begitu juga, masing-masing dari kita membina hubungan karena alas an-alasan yang unik. Meskipun demikian, dalam semua keragamaan ini, ada beberapa prinsip umum yang berlaku. Pertama, kita membahas beberapa alasan umum untuk mengembangkan sebagian besar hubungan. Kedua, tahap pengembangan hubungan komunikasi. Ketiga, kita membahas faktor-faktor yang dapat mengembangkan suatu hubungan.
B.   Alasan-alasan untuk Pengembangan Hubungan
            Empat alasan umum untuk pengembangan hubungan diantaranya ialah[1]:
1)      Mengurangi kesepian
2)      Mendapatkan rangsangan
3)      Mendapatkan pengetahuan-diri
4)      Memaksimalkan kesenangan dan minimalkan penderitaan.
Mengurangi kesepian. Kontak dengan sesama manusia dapat mengurangi kesepian. Adakalanya kita mengalami kesepian karena secara fisik kita sendirian, walaupun kesendirian tidak selalu berarti kesepian. Kali lain kita kesepian karena, meskipun mungkin kita sedang bersama dengan orang lain, kita mempunyai kebutuhan yang terpenuhi akan kontak yang dekat- kadang-kadang secara fisik, adakalanya secara emosional, dan lebih sering lagi kedua-duanya (Peplau & Periman, 1982; Rubenstein & Shaver, 1982)
Sementara orang, dalam upaya mengurangi kesepian, berusaha melingkungi dirinya dengan banyak kenalan. Kadang-kadang ini membantu, tetapi sering kali malah membuat rasa sepi makin parah. Satu hubungan dekat biasanya malah lebih baik. Kebanyakan dari kita mengetahui hal ini, dan itulah sebabnya kita berusaha membina hubungan antarpribadi.
Mendapatkan rangsangan (stimulasi). Manusia membutuhkan stimulasi. Jika kita tidak menerima stimulasi, kita mengalami kemunduran dan bisa mati. Kontak antarmanusia merupakan salah satu cara yang terbaik untuk mendapatkan stimulasi ini. Kita merupakan gabungan daari banyak dimensi yang berbeda-beda, dan semua dimensi kita membutuhkan stimulasi. Kita adalah makhluk intelektual, dan karenanya kita membutuhkan stimulasi intelektual. Kita membicarakan gagasan, mengikuti kegiatan kelas, dan berdebat tentang interprestasi yang berbeda mengenai film atau novel. Dengan cara itu kita mengasah kemampuan penalaran, analisis dan interpretasi kita. Dengan melakukannya, kita meningkatkan, mempertajam, dan mengembangkan kemampuan-kemampuan ini.
Kita juga makhluk fisik yang membutuhkan stimulasi fisik. Kita butuh membelai dan dibelai, memeluk dan dipeluk. Selanjutnya kita adalah makhluk emosional yang membutuhkan stimulasi emosional. Kita perlu tertawa dan menangis, membutuhkan harapan dan kejutan, dan mengalami kehangatan dan afeksi. Kita membutuhkan latihan untuk emosi kita selain juga untuk kemampuan intelektual kita.
Mendapatkan Pengatahuan-Diri (Self-Knowledge). Sebagian besar melalui kontak dengan sesama manusialah kita belajar mengenai diri kita sendiri. Dalam diskusi tentang kesadaran-diri telah dijelaskan bahwa kita melihat diri sendiri sebagian melalui mata orang lain. Jika kawan- kawan kita melihat kita sebagai orang yang hangat dan pemurah, misalnya, barangkali kita juga akan memandang diri sendiri sebagai hangat dan pemurah. Persepsi-diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dipikirkan orang tentang diri kita.
Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan. Alasan paling umum untuk membina hubungan, dan alasan yang dapat mencakup semua alasan lainnya, adalah bahwa kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan kesenangan kita dan untuk meminimalkan penderitaan kita. Kita perlu berbagi rasa kepada orang lain mengenai nasib baik kita serta mengenai penderitaan emosi atau fisik kita. Barangkali kebutuhan yang terakhir ini bermula di masa kanak-kanak, ketika anda berlari mendekati ibu sehingga beliau dapat mengecup luka anda atau ikut menikmati kegembiraan anda. Sekarang anda tentu sulit untuk berlari mendekati ibu, karenanya anda mencari orang lain, umumnya kawan-kaawan yang akan memberikan dukungan yang sama seperti yang pernah dilakukan ibu di waktu yang lalu.   
C.   Tahap Pengembangan Hubungan Komunikasi
Menurut  Mark  Knapp mengemukakan pendapatnya tentang tahapan perkembangan sebuah hubungan interpersonal[2]:
1.      Inisiasi
2.      Eksperimen
3.      Intensifikasi
4.      Integrasi
5.      Ikatan
Inisiasi merupakan tahap paling awal dari suatu hubungan interpersonal. Pada tahap ini individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk nonverbal seperti senyuman, jabat tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.
Eksperimen suatu tahap dimana para individu mulai mencari informasi lebih banyak  tentang individu lain. Contoh : ketika kita menyukai seseorang kita berusaha untuk mencari tahu segala sesuatu yang ada pada dirinya baik itu hobinya, kebiasaannya dll.
Intensifikasi pada tahap ini, individu harus memutuskan baik secara verbal maupun    nonverbal apakah hubungan akan berjalan atau tidak. Partisipan saling bertanya kepada diri sendiri apakah jalinan komunikasi diteruskan apa tidak. Kendatipun intensifikasi ini pada umumnya sulit diamati, namun yang menentukan apakah jalinann komunikasi diteruskan apa tidak adalah keyakinan akan manfaat dari jalinann komunikasi yang terbentuk atau setidaknya aktifitas komunikasi yang berlangsung. Semakin diyakini manfaat yang diperoleh maka akan semakin berlanjut jalinan hubungan atau komunikasi yang berlangsung. Contoh : saat kita disapa oleh seseorang, kemudian kita berfikir apakah kita mau membalasnya atau tidak.
Integrasi tahap yang menumbuhkan perasaan bersama. Individu merasa sebagai satu kesatuan, bukan lagi individu yang berbeda. Contoh : hubungan persahabatan yang erat.        
Ikatan suatu tahap dimana individu secara formal meneguhkan hubungan mereka. Contoh : Pernikahan.
D.   Faktor-faktor yang dapat Mengembangkan Hubungan Komunikasi
Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan hubungan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya diantaranya ialah[3]:
1.      Menerima
2.      Empati
3.      Kejujuran
Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai. Sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan. Kita selalu cenderung menilai dan sukar menerima. Akibatnya, hubungan interpersonal kita tidak berlangsung seperti yang kita harapkan. Bila kita tidak bersikap menerima, kita akan mengkritik, mengecam, atau menilai. Sikap seperti ini akan menghancurkan percaya. Orang enggan pula menerima kita, karena takut pada akibat-akibat jelek yang akan timbul dari reaksi kita. Sikap menerima menggerakkan sikap percaya, karena orang tahu kita tidak akan merugikan mereka.
     Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perileku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya. Menerima berarti tidak menilai pribadi orang berdasarkan perilakunya yang tidak kita senangi. Betapapun jeleknya perilakunya menurut persepsi kita, kita tetap berkomunikasi dengan dia sebagai persona, bukan sebagai objek.
Empati, adalah faktor kedua yang menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati telah didefinisikan bermacam-macam. Empati dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita ( Freud, 1921 ). Empati dianggap sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menganggap orang lain mengalami atau siap mengalami suatu emosi ( Scotland, et al., 1978:12 ). Empati dianggap sebagai "imaginative intellectual and emotional participation in another person's experience" ( Benett, 1979 ).
     Defenisi terakhir dikontraskan dengan pengertian simpati. Dalam simpati kita menempatkan diri kita  pada posisi orang lain. Bila saya melihat anda menangis karena kehilangan kekasih anda, saya mencoba membayangkan perasaan saya bila saya juga kehilangan kekasih. Saya beranggapan anda pun mempunyai perasaan seperti perasaan saya. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain merasakannya.
Kejujuran, adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin dan tidak bersahabat. Empati dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, kita harus jujur mengungkapkan diri kita kepada orang lain. Kita harus menghindari terlalu banyak melakukan "penopengan" atau "pengelolaan kesan". Kita tidak menaruh kepercayaan kepada orang yang tidak jujur atau sering menyembunyikan pikiran dan pendapatnya. Kita menaruh kepercayaan kepada orang yang terbuka, atau tidak mempunyai pretensi yang dibuat-buat. Kita berhati-hati pada orang yang terlalu "halus" sehingga sering menyembunyikan isi hatinya atau membungkus pendapat dan sikapnya dengan lambang-lambang verbal dan nonverbal. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga ( predictable ). Ini mendorong orang lain untuk percaya pada kita.






Bab III
Kesimpulan
          Dalam mata kuliah komunikasi interpersonal terdapat sub bahasan komunikasi dan hubungan interpersonal, dan pada makalah ini kita telah fokus membahas pengembangan hubungan. Diantaranya tadi kita telah  membahas tentang alasan-alasan untuk pengembangan hubungan, tahap pengembangan hubungan komunikasi, dan faktor-faktor yang dapat menggembangkan hubungan komunikasi.
          Alasan-alasan untuk pengembangan hubungan yaitu ada empat alasan umum untuk pengembangan hubungan diantaranya ialah; mengurangi kesepian, mendapatkan rangsangan, mendapatkan pengetahuan-diri, memaksimalkan kesenangan dan minimalkan penderitaan.
            Tahap pengembangan hubungan komunikasi interpersonal (menurut  Mark  Knapp) ada lima diantaranya: inisiasi, eksperimen, intensifikasi, integrasi, dan ikatan.
      Faktor-faktor yang dapat menggembangkan hubungan komunikasi ada tiga faktor utama diantaranya ialah: menerima, empati, dan kejujuran.











Daftar Pustaka
Komunikasi Antar Manusia, joseph a. Devito, profesional books, 1997, edisi kelima.




Tidak ada komentar: